Jatisawit Bumiayu adalah salah satu desa yang berada di Brebes Selatan, dan memiliki letak geografis berada diantara Kecamatan Paguyangan yang menuju kearah Purwokerto dan Kecamatan Tonjong. Lokasinya jika dilihat melalui drone mirip seperti mangkok.
Loh kok kenapa mangkok?
Yang pertama adalah Kecamatan Paguyangan yang lebih dominan merupakan dataran tinggi, kemudian Kecamatan Tonjong yang jika dari Bumiayu juga mengalami jalan yang menanjak. Satu lagi, jika kearah Kecamatan Bantarkawung wilayah Bumiayu juga lebih rendah. Maka dari itu, Kecamatan Bumiayu lebih seperti mangkok maka tidak heran jika curah hujan tinggi, jalan-jalan arteri maupun jalan desa sering sekali airnya meluap. Eh, bisa jadi itu karena sampah yang dibuang warga ke bantaran sungai. Ngakuu hayu... Hehe...
Image by Wunderela from Pixabay |
Merantau
Kemudian mari kita bercerita tentang aktifitas saya saat ini ketika merantau meninggalkan Desa Jatisawit Bumiayu. Deng deng...
Ceritanya saya saat ini sedang merantau untuk mempersiapkan masa depan yang sesungguhnya, masa depan yang tentu penuh dengan tantangan tidak seperti saat ini setiap bulan sudah bisa dipastikan menerima gaji dari perusahaan. Kebetulan saya adalah seorang kuli pabrik, yang sudah tentu yang namanya kuli itu harus selalu menerima instruksi dari atasan kita sudah tentunya.
Semenjak pandemi COVID-19 ini, kebijakan perusahaan sangatlah ketat sekali sehingga yang biasanya saya dan keluarga pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri kali ini harus ditahan untuk merayakannya bersama kawan-kawan lainnya. Sedih memang, namun ini adalah instruksi sebuah pekerjaan.
Bentuk tanggung jawab seorang Ayah sekaligus pekerja yang semata-mata ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada perusahaan yang dengan sampai saat ini telah memberikan perubahan yang sangat besar bagi kehidupan saya saat ini. Saya yakin anda yang membaca kalimat di paragraf ini juga setuju bukan.
Kangen Jatisawit
Mungkin jika dihitung bulan, terakhir saya pulang ke Jatisawit Bumiayu pada bulan Desember 2019 yang mana saat itu belum ada pagebluk yang melanda seluruh dunia ini. Jadi jika dihitung bulan, berarti saya sudah satu tahun tidak pulang ke desa saya tercinta ini untuk bertemu dengan orang tua, mertua dan saudara tentunya.
Namun, hal ini kadang bisa terobati dengan tekhnologi canggih saat ini seperti WhatsApp dan Zoom yang memudahkan kita bertatap muka mengobati rindu yang sudah menggebu-gebu ini. Bagaimana jadinya jika masih hidup di zaman Belanda, aarrrghhh saya tidak bisa membayangkan tentunya bagaimana mengobati rasa kangen kepada kampung halaman.
Yang saya kangenin dari kampung saya Jatisawit Bumiayu adalah nongkrong bersama kawan-kawan yang masih tersisa disana. Berceloteh sampai malam sambil merasakan dinginnya udara di kampungku ini yang sangat membuat kerinduan bagi yang meninggalkannya.
Terlebih lagi jika saya lihat di Fans Page Bumiayuan, banyak sekali informasi-informasi baru yang saya sudah tidak ikut. Seperti halnya jumlah cafe yang makin meningkat dan terlihat sangat kekinian sekali baik design cafe maupun menunya. Inilah salah satu yang membuat saya semakin kangen Jatisawit Bumiayu. Hal ini menjadi indikator naiknya perekonomian masyarakat disana dan gairah bisnis yang semakin sehat.
Harapan untuk Pulang
Sejak diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, bahwasannya vaksin untuk COVID-19 ini sudah bisa dinikmati oleh warganya dalam beberapa bulan kedepan membuat saya optimis, pastinya suatu saat saya bisa pulang sejenak untuk melihat suasana Jatisawit Bumiayu.
Mungkin bukan hanya harapan saya, namun semua orang diseluruh dunia agar virus ini segera bisa mempunyai penangkalnya agar perekonomian yang sudah kacau balau ini segera pulih dan normal ataupun new normal.
Semoga doa kita semua diijabah.
Post a Comment