Jauh sebelum teknologi informasi berkembang pesat pada saat ini, ada masa ketika pedagang harus mempromosikan langsung barang atau jasa yang mereka jual. Di masa serba teknologi sekarang pedagang bisa memanfaatkan media sosial untuk memasang iklan dan berhubungan langsung dengan calon konsumen. Akan tetapi di masa sebelumnya, barang dan jasa harus dijajakan serta dipromosikan oleh para pedagang keliling agar para calon konsumen bisa tertarik untuk membeli. Meskipun sampai saat ini masih ada beberapa barang dan jasa yang dijual sebagai mana dahulu kala, akan tetapi ada yang sekarang sudah punah dimakan zaman.
Para pedagang terutama pedagang keliling biasanya mempunyai tanda, seruan, bunyi, atau waktu tertentu yang menjadi ciri khas sekaligus alat promosi agar calon pembeli tertarik sekaligus mengetahui jenis barang dagangan yang ditawarkan. Selain itu ada barang dan jasa yang bisa diketahui hanya dari tampilan atau gerobak tempat barang atau jasa ditawarkan. Tanda berupa seruan dan atau bunyi biasanya digunakan apabila terdapat kesamaan antara pedagang satu dengan lainnya.
Via speaker
Sebelum para pedagang keliling mempromosikan barang atau jasa via speaker berupa musik atau lagu merk tertentu seperti Sari Roti.. Roti Sari Roti, Es krim yang hampir semua orang paham nadanya (susah soalnya ditulis. Red),
Tahu.. Bulaaattt... Digoreeeng... Dadakaannn.. Lima ratusaaaann... Hijinaaaa... Helooowww.. (Pembaca pasti paham juga nadanya kan?. Red)
Promosi dilakukan dengan media yang sangat beragam. Beberapa pedagang menyebutkan langsung dengan suara keras jualan mereka.
Sol sepatuuuuuuuu..
Tapeeeeee kuwehhhhh...
Yuuurr sayuuurrr..
Nyaakkkkkkkk... (Minyak)
Masih banyak tentunya daftar pedagang yang menyerukan langsung barang atau jasa mereka dengan mulut telanjang.
Memukul
Pedagang yang lain membunyikan sesuatu agar berbeda dengan para pedagang yang berteriak tadi. Ada beberapa barang yang lazim digunakan sebagai sumber bunyi. Beberapa pedagang es membunyikan terompet yang berbunyi dengan cara ditekan. Pedagang es krim juga ada yang memukul bonang (gong kecil) sebagai sumber bunyi. Mie tektek mendapatkan nama disinyalir dari bunyi ketika lidi bambu dipukulkan diwajan. Yang masih lazim dilakukan oleh pedagang bakso keliling yaitu memukulkan sendok ke mangkok sehingga menimbulkan bunyi ting ting ting.
Ada juga pedagang yang entah saking bingungnya karena bunyi lain sudah dipakai akhirnya memukul gerobak yang terbuat dari seng sehingga menimbulkan suara yang cukup wow.
Kombinasi bunyi
Apapun bunyi maupun media yang digunakan oleh para pedagang tadi, sebenarnya hanya satu tujuan mereka. Yaitu agar konsumen mereka tahu apa jenis barang atau jasa yang mereka jual. Paling sederhana mereka hanya meneriakan dagangan mereka, akan tetapi dengan nada atau intonasi yang menarik. Kasus lain lebih spesifik lagi menyasar konsumen langganan mereka. Dengan bunyi dan tanda khusus tadi konsumen langganan mereka bisa membedakan misalnya abang bakso yang lewat didepan rumah hanya dari bunyi berapa ketukan ting ting mangkok. Pelanggan yang ekstrim bahkan bisa memadukan kombinasi bunyi mangkok dengan suara knalpot motor abang bakso langganan mereka.
Konsumen datang, juga makian
Segala bunyi dan seruan selain mendatangkan calon konsumen salah-salah juga bisa mendatangkan petaka. Seperti abang yang memukulkan tongkat pada gerobaknya, bisa membuat kaget jika dilakukan pada waktu yang salah misalnya malam hari ketika waktunya tidur. Atau ketika terlalu bersemangat memukulkan sendok, mangkok malah bisa pecah. Penulis pernah mengalami sendiri salah satu kejadian. Ada seorang abang penjual bakso yang membunyikan semacam kentongan bambu kecil sebagai penanda. Meskipun tidak terlalu berisik akan tetapi akhirnya menjadi masalah karena dibunyikan terus menerus ketika melewati masjid dan pada saat jamaah baru saja melakukan sholat. Salah satu jamaah yang juga takmir masjid selesai sholat langsung menegur abang bakso yang kebetulan masih berada di sekitar masjid dan salah satu jamaah yang juga takmir masjid selesai sholat langsung menegur abang bakso yang kebetulan masih berada di sekitar masjid dan masih juga membunyikan kentongan tersebut. Sementara jamaah lain terutama anak-anak langsung berebut mengantri bakso langganan mereka.
Via
Catatan
Post a Comment